Pandeglang – Mengatasi kesehatan masih menjadi tantangan yang harus ditangani secara serius. Penerapan hidup sehat acap kali diremehkan oleh masyarakat. Padahal, pola hidup sehat sangat menentukan tingkat kesehatan keluarga dan lingkungan. Penerapan ini perlu dilakukan oleh seluruh kalangan, tidak hanya pemerintah.

Terobosan baru dalam menggerakan elemen dalam melaksanakan hidup sehat, Dinas Kesehatan (Dinkes) melakukan edukasi di tingkat pelajar. Kegiatan dilaksanakan di SMAN 6 Pandeglang. Para murid antusias dengan pemaparan materi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) yang digelar oleh Dinkes Banten.

Kepala Dinkes Banten, Ati Pramudji Hastuti mengatakan, pelaksanaan Germas harus dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk pelajar demi terciptanya pola hidup bersih dan sehat.

Tujuannya, untuk memasyarakatkan budaya hiduo sehat serta meninggalkan kebiasaan dan perilaku masyarakat yang kurang sehat. “Sehingga nantinya pelajar ini yang menjadi ujung tombak dalam memberikan edukasi dan penyadaran agar kesehatan masyarakat terjaga,” katanya, Rabu (26/10/2022).

Ia menerangkan, masalah kesehatan yang kerap dialami adalah pemberantasan penyakit infeksi, bertambahnya kasus penyakit tidak menular dan kemunculan kembali jenis penyakit yang seharusnya telah berhasil diatasi.

Hal ini dipengaruhi oleh perubahan pola hidup masyarakat yang semakin modern yang kerap melaupakan aktivitas fisik. Padahal, tubuh butuh diolah agar kekebalannya terjaga. “Penyakit menular seperti diare, tuberkulosa hingga demam berdarah dahulu menjadi kasus kesehatan yang banyak ditemui. Kini telah terjadi perubahan yang ditandai pada banyaknya kasus penyakit tidak menular seperti diabetes, kanker dan jantung koroner,” terangnya.

Bahkan berdasarkan data Kemenkes, satu dari empat remaja mengalami pendek, satu dari tujuh remaja mengalami kegemukan, seperempat remaja putri mengalami anemia. Atas permasalahan ini, program gizi terhadap remaja perlu digalakan.

Menurutnya, harus ada intervnesi gizi terhadap remaja dengan cara sarapan dan minum tambahan tablet darah (TTD) bersama di sekolah. Kemudian, edukasi gizi yang bersifat multi sektor dengan tujuan mempromosikan asupan makanan yang sehat dan aktivitas fisik. “Komunikasi untuk perubahan perilaku relevan dan komprehensif,” ungkapnya.

Mengingat, salah satu faktor stunting pada anak lantaran kurang asupan gizi. Data menunjukan 23 persen bayi lahir memiliki risiko stunting dengan panjang badan di bawah 48 persen. “Sisanya 77 persen atau hampir 80 persen terjadi sesudah lahir. Maka perlu semua pihak untuk mengedukasi kesehatan termasuk di dunia pendidikan bisa masuk kurikulum, agar siswa dapat mengimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat,” paparnya.

Dengan gaya hidup sehat, kata Ati, akan memberi banyak manfaat, mulai dari peningkatan kualitas kesehatan hingga peningkatan produktivitas seseorang.  Salah satu yang perlu dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan. Misalnya dalam tingkat rumah tangga, dapat dilakukan dengan pengelolaan sampah.

Kehidupan modern seringkali membuat banyak orang minim melakukan aktivitas fisik. Padahal ktivitas fisik merupakan salah satu gerakan yang diutamakan untuk meningkatkan kualitas kesehatan kita,” ungkapnya.

Tidak hanya itu, hidup sehat juga ditentukan dengan mengkonsumsi buah dan sayur. Jenis makanan ini jauh lebih sehat dan bermanfaat bagi kesehatan tubuh. “Selain itu, cek kesehatan secara berkala faktor penting untuk mendeteksi penyakit atau masalah kesehatan lebih dini,” jelasnya.

Terakhir yang tidak kalah penting, lanjut Ati, tidak mengkonsumsi minuman beralkohol yang akan memiliki efek buruk bagi kesehatan maupun sosial. “Minuman beralkohol memiliki efek buruk, baik itu efek buruk bagi kesehatan hingga efek sosial pada orang–orang di sekitarnya,” katanya. (Adv)