Sigmainteraktif.com – Pasangan yang memiliki gangguan kesuburan dan ingin memiliki anak biasanya memiliki pilihan untuk menjalani fertilisasi in-vitro (IVF) atau program bayi tabung. Tapi ini tidak mudah. Beberapa pasangan yang beruntung bisa langsung pada kesempatan pertama, sementara yang lain harus menghadapi berkali-kali gagal yang menyebabkan emosi naik turun, frustrasi, dan putus asa.
IVF yang gagal bukanlah akhir dari dunia. Ada beberapa pilihan untuk hamil kembali dengan panduan dan pengobatan yang tepat.
Sebelum mencari pilihan lain untuk hamil setelah perawatan yang gagal, ketahui dulu penyebab gagalnya program bayi tabung. Ini dapat membantu mengambil tindakan yang tepat selanjutnya.
IVF gagal bisa jadi kegagalan implantasi embrio. Masalahnya bisa pada embrio atau rahim, tapi kebanyakan ahli percaya bahwa itu karena embrio. Tapi jangan putus asa dan coba lagi. Kadang-kadang peluang untuk hamil pada percobaan kedua setinggi yang pertama sementara di lain waktu mungkin menurun. Ketahui dulu tingkat keberhasilan sebelum menghabiskan uang.
Dokter juga akan mengevaluasi risiko bertahan pada pengobatan yang sama atau mencari pilihan lain untuk berhasil hamil. Selain itu, dokter menyarankan beberapa tes dan perubahan gaya hidup untuk kehamilan yang sukses.
Kegagalan program bayi tabung memang tidak mudah. Ini bisa berdampak buruk pada kesehatan mental dan keuangan. Tapi banyak cara untuk menjadi orang tua. Berdasarkan kondisi kesehatan, ada beberapa cara yang bisa dipilih.
Pertama, mencoba lagi IVF. Kebanyakan orang butuh lebih dari sekali mencoba IVF. Hanya sedikit yang beruntung bisa hamil untuk pertama kalinya. Sebelum melakukan perawatan IVF kedua, dokter mungkin akan meresepkan beberapa tes untuk mencari kondisi yang dapat menghambat perawatan kesuburan. Mereka mungkin juga menyarankan perubahan gaya hidup yang dapat meningkatkan kemungkinan hamil. Jika semuanya berjalan dengan baik, dokter mungkin menyarankan untuk melakukan IVF lagi.
Kedua, donor pihak ketiga. Ini biasanya dilakukan jika ada masalah dengan telur. Cara ini dilakukan dengan mendapatkan telur dari donor setelah penyaringan. Donor pihak ketiga umumnya berusia di bawah 30 tahun dan memiliki sel telur yang sehat.
Ketiga, ibu pengganti. Ketika pembuahan embrio tidak dapat terjadi karena alasan tertentu, saat itulah surrogacy jadi pilihan terakhir. Ini bisa disebabkan oleh implantasi embrio yang gagal atau keguguran berulang. Pengganti tidak secara langsung terkait dengan embrio. Mereka hanyalah pembawa kehamilan, yang membawa embrio untuk dan pasangan selama sembilan bulan. Meski praktik ini sudah umum di beberapa negara, ini tidak umum dilakukan di Indonesia karena hukum yang belum memadai. (Tempo.co)