Foto: Dok Net

Lebak – Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak, Banten mencatat ada sekitar 891 hektar areal persawahan di enam kecamatan yang mengalami rusak berat akibat diterjang banjir bandang dan tanah longsor yang melanda daerah itu pada awal Januari 2020 lalu.

Ratusan hektar sawah yang rusat itu antara lain di Kecamatan Sajira 394 hektar, Kecamatan Cipanas 245 hektar, kecamatan Lebak Gedong 150 hektar, Kecamatan Maja 17 hektar, Kecamatan Curugbitung 40 hektar dan Kecamatan Cimarga 44 hektar.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak Dede Supriatna menyebutkan tanaman padi di enam Kecamatan, yang tergenang air serta lumpur akibat banjir kemarin akan mempengaruhi capaian target produksi gabah kering panen (GKP) tahun ini. “Rusaknya areal persawahan itu akan menurunkan produksi pangan pada 2020 hingga 45 ribu ton, itu jika produksi rata-rata enam ton gabah kering pungut (GKP),” kata ujar Dede Supriatna Senin, 13 Januari 2020.

Menurutnya, saat bencana terjadi, para petani didaerah tersebut baru saja melaksanakan gerakan tanam pada Desember 2019 lalu setelah memasuki musim penghujan. “Areal sawah yang rusak berat akibat diterjang banjir bandang dan longsor baru ditanami padi antara 10 hingga 15 hari. Akibat kerusakan sawah tersebut para petani mengalami kerugian hingga miliaran rupiah dengan biaya pengelolaan usaha rata-rata Rp7 juta/hektare,” katanya.

Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lebak mencatat jumlah pengungsi akibat banjir bandang dan longsor di wilayah tersebut mencapai 17.200 jiwa atau 4.368 kepala keluarga (KK). Bencana itu melanda 12 desa di enam kecamatan.

Bahkan, Gubernur Banten Wahidin Halim menetapkan bencana banjir bandang di Lebak dan banjir di Tangerang sebagai Status Tanggap Darurat. Status tanggap darurat untuk wilayah Provinsi Banten meliputi Kabupaten Lebak, Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan berlangsung selama 14 hari terhitung 1 Januari 2020 hingga 14 Januari 2020.

Sekretaris Daerah Banten Al Muktabar mengatakan, selain dampak kerusakan, para korban bencana banjir saat ini juga sudah ada yang terserang penyakit ISPA dan penyakit kulit. Jumlahnya diperkirakan mencapai 2.000 lebih. “Sudah ada ribuan yang bergeser keadaannya menjadi ISPA,” katanya.

Dia menjamin korban yang terserang penyakit akan mendapatkan pengobatan secara gratis di rumah sakit milik Pemprov Banten. Tidak ada syarat administrasi yang ditentukan, para korban sakit cukup mendatangi langsung rumah sakit milik pemprov. “Bencana enggak pake syarat, sakit aja yang penting syaratnya, ” ujarnya. (Del/Rmd)