Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Banten, Dr. dr. Hj. Ati Pramudji Hastuti

SETAHUN lebih kita hidup dengan situasi pandemi Covid-19. Dampaknya begitu besar terhadap aktivitas masyarakat termasuk pada kelompok terkecil yaitu keluarga dan anak. Bukan hanya pada aspek fisik saja, tetapi juga berdampak pada aspek kesehatan jiwa karena perubahan-perubahan terjadi dalam waktu yang begitu cepat.

Salah satu dampak dari pandemi pada anak dan remaja adalah adanya pembatasan sosial yang diterapkan oleh pemerintah untuk mencegah potensi penularan virus Covid-19. Rasa takut berlebihan dirasakan anak dan remaja di masa pembatasan sosial karena banyaknya informasi yang mereka terima tentang pandemi.

Selain itu, tentu saja pembatasan sosial juga membuat anak dan remaja merasa bosan karena harus tetap berada di rumah dalam waktu yang cukup lama.Diharapkan anak-anak dan remaja akan bisa pulih dan tidak terganggu Kesehatan jiwanya dalam keadaan pandemi ini.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Banten, Dr. dr. Hj. Ati Pramudji Hastuti, MARS mengungkap data dari Wahana Visi Indonesia tentang Studi Penilaian Cepat Dampak Covid-19 dan Pengaruhnya Terhadap Anak Indonesia.

Disebutkan bahwa terjadi ketidakmerataan akses terhadap fasilitas pendukung untuk pembelajaran daring maupun luring yang dialami pada anak yang sudah masuk usia sekolah. “Sebanyak 68 persen anak dapat mengakses terhadap fasilitas pendukung selama masa pembelajaran namun juga terdapat 32 persen anak bahkan tidak mendapatkan program belajar dalam bentuk apapun,” ujar Ati.

Dampaknya, kata Ati, anak harus mempunyai sistem belajar sendiri dan dampaknya 37 persen anak tidak bisa mengatur waktu belajar. “Lalu 30 persen anak kesulitan memahami pelajaran, bahkan 21 persen anak tidak memahami instruksi guru,” ucap Ati.

Ati menjelaskan, pandemi juga berdampak terhadap aspek psikososial anak dan remaja. Di antaranya adalah perasaan bosan karena harus tinggal di rumah, khawatir tertinggal pelajaran, timbul perasaan tidak aman. “Kemudian merasa takut karena terkena penyakit, dan tentu saja kangen dengan teman-teman, dan khawatir tentang penghasilan orangtua,” tuturnya.

Dampak paling membahayakan berdasarkan data studi tersebut yaitu, 62 persen anak mengalami kekerasan verbal oleh orang tuanya selama berada di rumah. “Oleh karena itu ,pemerintah berperan penting membantu masyarakat, orangtua maupun anak untuk memahami apakah dia terdampak secara psikologis,” ujarnya.

“Gejala-gejala umum seperti menurunnya semangat untuk menjalankan aktivitas, mudah marah, dan cepat kehilangan konsentrasi harus diperhatikan jika terjadi secara berkepanjangan,” kata Ati, menambahkan.

Di situasi pandemi seperti ini, menjaga imunitas sangat penting dalam konteks menghadapi penularan Covid-19. Menjaga imunitas bukan hanya bisa dilakukan secara fisik, tetapi juga memperhatikan kesehatan jiwa. “Jangan sampai kesehatan jiwa turun, kemudian mengganggu imunitas yang dibutuhkan,” kata Ati.

Untuk mejaga imunitas dalam mencegah penularan Covid-19, pemerintah mengimbau masyarakat agar melakukan beberapa langkah yang terangkum dalam slogan “Cerdik dan Ceria”.

Slogan “Cerdik dan Ceria” yaitu, cek kondisi kesehatan secara berkala. Kemudian, enyahkan asap rokok, rajin aktivitas fisik, diet sehat dengan kalori, istirahat yang cukup, dan kendalikan stres.

Selanjutnya, cerdas intelektual emosional dan spiritual, empati dalam berkomunikasi efektif, rajin beribadah sesuai agama dan keyakinan. Kemudian, interaksi yang bermanfaat bagi kehidupan, asah, asih, dan asuh tumbuh kembang dalam keluarga dan masyarakat

Kadinkes Banten Ati mengimbau kepada masyarakat agar selalu disiplin mematuhi protokol kesehatan pada situasi apapun. “Jaga kesehatan fisik dan jiwa untuk kelola stres, berobat dan konsultasi ke rumah sakit jika mengalami gejala penyakit apapun, dan bila membutuhkan dukungan kesehatan fisik dan jiwa hubungi Call Center yang sudah tersedia,” kata Ati. (Adv)